Sore itu angin bertiup kencang. Langit yang mulanya cerah berubah diselimuti mendung gelap. Sejurus kemudian hujan deras mengguyur. Kejadian itu membuat para pedagang kaki lima itu buru-buru membuka payung demi melindungi dagangan mereka. Beberapa lama hujan terus mengguyur, dan mereka hanya bisa pasrah diam meringkuk di bawah payung seadanya. Seraya menunggu, untai harapan dan doa naik ke hadirat Yang Maha Kuasa. Kiranya hujan segera berhenti… namun bukannya berhenti, hujan justru makin besar mengguyur bumi. Segera jalan-jalan digenangi air, tingginya nyaris selutut orang dewasa. Menyaksikan hal itu, apalah daya… hati makin kecut, harapan nyaris sirna.
Namun kasih Allah memang terlalu besar, tak tega Ia melihat umatNya larut dalam kesusahan. DibuatNya hujan reda; banjir pun segera berlalu. Wajah-wajah yang tadi murung kini merona, menunjukan harapan dan semangat telah lahir kembali.
Seperti dikomando, nyaris serempak mereka berbenah, dan kembali membuka lapak mereka. Badai telah berlalu, mari coba lagi membuka harapan baru.
Begitulah hidup… kadang yang mulanya baik-baik saja tiba-tiba berubah kelam. Harapan yang tadinya cerah tenggelam dalam muram. Dalam ketidak berdayaan kita hanya bisa berharap dalam doa, kiranya Sang Maha Kuasa berkenan memperhatikan keluh kesah kita.
Cerah, mendung, hujan datang silih berganti, namun harapan dan iman harus tetap hidup. Dengan begitu setiap kali badai datang kita bisa bertahan, dan seusai badai berlalu, kita mampu bangkit memulai lembaran baru. Baik dan bijaksana jika kita mau mengingat kembali bahwa segala sesuatu berlaku dalam kendali Tuhan. Semua dibuatNya menurut hikmat kebijaksanaanNya yang mengatasi segala hikmat. Yeremia 29:11 “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan”.
Pdt. Dono Wahyono
GKSBS Siloam Palembang