Apa gambaran Anda tentang rumah impian?
Sebagian orang mungkin berpikir tentang sebuah bangunan yang cantik lengkap dengan tamannya. Sebagian lagi berpikir tentang ruang keluarga yang nyaman.
Tetapi, Bagaimana kalau kita harus tinggal seorang diri di rumah impian itu sampai tua dan akhirnya mati di sana. Ironis bukan?
Kita ingin tinggal di rumah bersama orang-orang yang kita kasihi.
Kalau kita disuruh memilih antara tinggal di rumah impian seorang diri atau di rumah yang kurang bagus tapi bersama orang yang kita kasihi, pasti kita memilih yang kedua.
Demikanlah, rumah ideal itu BUKANLAH soal gedungnya, melainkan KEBERSAMAAN yang kita nikmati dengan orang yang kita kasihi. Begitu pula rumah sejati kita, yang sering disebut dengan “hidup kekal” atau “surga”, bukan terutama soal tempat, melainkan kedekatan dengan Tuhan dan pengenalan akan Dia (Yoh. 17:3).
Karena itu, saat ini dalam hidup ini kita sudah mulai tinggal di rumah sejati kita, meski tentunya belum sempurna. Nampaknya rumah seperti ini juga yang dimaksudkan Daud dalam mazmurnya. Rumah tempat Tuhan bersemayam, bersekutu akrab dengan umatNya, memberikan perlindungan dan kekuatan. Di tengah hidup yang melelahkan di dunia ini terkadang kita rindu untuk segera “pulang”.
Syukurlah, kita tidak harus menunggu kematian datang untuk berada di rumah sejati kita. Kita bisa mengalaminya SAAT INI juga dengan membuka HATI dan PIKIRAN kepada Allah, menikmati kehadiranNya, dan bersekutu denganNya.
Bersyukurlah…
Rumah Sejati kita yang sesungguhnya adalah BERADA DEKAT dengan Bapa.